Perlu kita sadari, para pejuang pahlawan Kemerdekaan kita mempertaruhkan nyawa dan darahnya untuk kemerdekaan Indonesia sebagai warisan anak cucu bangsa. Sepantasnya kita sebagai generasi saat ini patut menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI. Fenomena maraknya Pengungsi Imigran di Indonesia khususnya di Sidoarjo menjadi perhatian khusus untuk kita selaku Masyarakat dan Pemuda di Sidoarjo untuk mengawasi dan mempertegas kepada pihak terkait khususnya Pemerintah Provinsi khususnya Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Sidoarjo.
Kadiv Imigrasi Kanwil KemenkumHAM Jatim Herdaus mengatakan pengungsi atau refugee di Jatim mencapai 404 orang. Tercatat ada 301 orang ditempatkan di Akomodasi Puspa Agro (Rusunawa Jemundo), 73 Akomodasi Green Bamboo, dan 30 sebagai pengungsi mandiri.
Untuk Rohingya dari Myanmar, ada 6 orang. Sisanya, berasal dari Afghanistan, Somalia, Yaman, Iran, Iraq, hingga Syiria.
Akan tetapi, kita patut mempertegas dan mendesak status pengungsi tersebut khususnya lembaga internasional IOM dan UNHCR yang selalu memberikan Tunjangan dana Rp. 1,4JT beserta Makanan serta pihak Pemerintah Provinsi maupun Daerah yang menyediakan lokasi Pengungsian di Puspa Agro Sidoarjo.
“Jangan jadikan rasa iba dan kemanusiaan menjadi kedok bisnis perdagangan manusia untuk memasukkan imigran gelap yang tidak jelas status dan kapan dipulangkannya ke negara mereka dan tujuan selanjutnya. Bukan malah menetap dan beranak pinak akan tetapi tidak dapat beradaptasi dengan kultur sosial masyarakat Indonesia Khususnya Jawa Timur sehingga membuat permasalahan baru hingga gaduh antara Masyarakat Imigran dengan Penduduk Pribumi setempat.
Insiden di wilayah saudara kita di Aceh seharusnya menjadi pembelajaran dan perhatian untuk kita seluruhnya terkhusus di Kabupaten Sidoarjo agar menjadi Social Control untuk mengawal dan mempertegas status dan kejelasan hal tersebut mengingat para imigran tersebut telah menetap di tempat tersebut sejak 2014.”
Ucap Sandi Ariamanda, Wasekum Sapma Sidoarjo.